Kebangkitan Nasional Wirausaha - SMK Muhammadiyah Kajen

Kebangkitan Nasional Wirausaha

Oleh : admin    2013-10-14 23:38:35   1694

Ir. Dulsukur I Waka Kesiswaan SMK Muhammadiyah Kajen-Pekalongan

Tiap 20 Mei kita memperingati hari Kebangkitan Nasional sebagai penghargaan atas berdirinya Budi Utomo sebagai tonggak bangkitnya semangat persatuan Indonesia yang mengantarkan negara Indonesia merdeka dengan tujuan mensejahterakan rakyat Indonesia jauh dari kemiskinan akibat penjajahan. Persatuan nasional adalah kunci sukses perjuangan bangsa saat itu dalam menghadapi kaum penjajah.

Setelah satu abad lebih kebangkitan nasional dan usia kemerdekaan menjelang 65 tahun, bangsa kita masih terbelit kemiskinan dan pengangguran yang berpangkal dari lemahnya jiwa kemandirian bangsa. Maka momentum memperingati hari kabangkitan nasional kali ini marilah kita canangkan gerakan Kebangkitan Nasional Wirausaha dalam menjawab kondisi bangsa saat ini.. Wirausaha adalah kunci kemandirian dan keberhasilan mengentaskan bangsa dari kemiskinan.

Saat ini masih ada 40 juta penduduk miskin dan 10 juta pengangguran yang didominasi pengangguran tenaga terdidik lulusan perguruan tinggi dan SMA/SMK. Maka sebagaimana Budi Utomo yang dimotori para mahasiswa tempo doeloe, para mahasiswa dan pelajar kita dorong untuk memelopori Kebangkitan Nasional Wirausaha. Para mahasiswa yang selama ini dikenal sebagai agen perubahan dengan aksi demonstrasinya, sekarang saatnya mengambil peran itu dengan aksi nyata membangun dunia usaha. Karena hanya dengan memperbanyak wirausaha kita akan dapat keluar dari kemiskinan dan memperoleh hakekat kemerdekaan yang sesungguhnya.

Menurut rekomendasi PBB persaratan negara menjadi maju bila memiliki minimal 2 persen penduduk sebagai pengusaha. Saat ini jumlah pengusaha kita belum mencapai satu persen dari jumlah penduduk. Menurut Ciputra (2010) dari 230 juta penduduk kita, hanya ada sekitar 400 ribu penduduk yang menjadi pengusaha atau hanya 0,18 persennya sehingga saat ini dibutuhkan 4 juta pengusaha baru. Negara- negara lain seperti Singapura, Jepang, Korea Selatan dan negara –negara di Eropa menjadi maju karena memiliki jumlah pengusaha di atas 7 persen dari penduduknya. Saatnya kini kita mencetak para wirausahawan.

Gerakan Kebangkitan Nasional Wirausaha (GKNW) itu dengan cara membangkitkan jiwa dan semangat wirausaha atau karakter wirausaha di sekolah-sekolah sehingga out put pendidikan kita mempunyai kepribadian seorang wirausaha. Karakter wirausaha menurut Ratmini (2008) yaitu sesuatu yang berhubungan dengan watak, perilaku, tabiat atau sikap seseorang terhadap perjuangan hidup untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin meliputi disiplin, komitmen tinggi, jujur, kreatif, inovatif mandiri dan realistis.

Dengan karakteristik wirausaha itu seseorang akan dapat mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan usaha mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan tindakan yang tepat untuk memastikan kesuksesan. Orang yang mempunyai kriteria dimaksud dinamakan Wirausaha.

Karakter Wirausaha dapat dibentuk dengan merubah pola pikir anak didik (mindset) dari pola pikir ketergantungan menuju kemandirian , merubah pola pikir pasif, statis dan instan menjadi pola pikir kreatif, inovatif dan dinamis yang kaya ide dan gagasan, merubah pola pikir konsumtif menjadi pola pikir produktif. Maka diperlukan gerakan gemar membaca untuk memperkaya khasanah informasi yang sangat diperlukan dalam proses kreatif. Ternyata dinegara maju penduduknya punya hobi membaca yang tinggi, dalam hal kegemaran membaca kita berada diperingkat rendah.

Pola pikir yang terbentuk itu lalu dimanifestasikan dalam bentuk tindakan –tindakan nyata sebagai refleksi atas kondisi lingkungan dalam bentuk karya diberbagai bidang sebagai jawaban persoalan yang ada di sekitar kita. Jadi tindakan itu sebagai bentuk kepekaan lingkungan, maka anak didik harus dibiasakan untuk bersosialisai dengan lingkungan. Kalau menurut versi Bob Sadino para siswa dan mahasiswa seharusnya setengah hari belajar di sekolah/kampus dan setengah hari belajar di tengah masyarakat untuk mempraktekan dan sekaligus mempertajam pelajaran dengan memulai usaha.dari kecil.

Perbuatan-perbuatan itu lalu dijadikan kebiasaan dalam hidup mereka sehingga menjadi keseharian, dari yang tadinya hanya hobi karena terus dilakukan menjadi profesi, dari hanya sekedar bisa menjadi ahli, dari sekedar coba-coba menjadi cinta dan kalau suatu pekerjaan dilandasi cinta maka akan menjadi seorang profesional. Contoh membentuk pola pikir kreatif misalnya memberi tugas anak SD membuat mobil-mobilan dari tanah liat atau membuat becak mainan dari kulit jeruk bali dan lain-lain. Jika hal ini dilakukan sejak dini dan berkelanjutan di sekolah tingkat atasnya maka siswa akan terpola menjadi seorang pribadi yang produktif.

Demikian pula membentuk kedisiplinan siswa dengan membiasakan siswa hadir tepat waktu di sekolah, tepat waktu mengerjakan tugas dan lainnya. Pendek kata siswa sudah dibudayakan berdisiplin sejak kecil. Demikian pula nilai kejujuran pun dapat dibentuk dengan menghilangkan budaya mencontek saat ulangan , prestasi yang diperoleh atas dasar belajar keras, ulet dan pantang menyerah., karena kalau tidak, mereka akan punya nilai jelek dan tidak naik kelas. Kesadaran seperti ini harus ditanamkan sehingga pada saat mereka tidak naik kelas atau tidak lulus mereka tidak destruktif, sebaliknya harus berusaha lebih keras dan semangat, mereka akan menjadi pribadi yang realistis yang melihat kegagalan bagian dari resiko hidup yang harus dihadapi. Siswa harus pula dipersiapkan saat mereka menghadapi kegagalan. Karena pengusaha sukses pada umumnya sudah mengalami jatuh bangun.

Maka siswa juga dirangsang untuk membaca riwayat hidup pengusaha sukses yang pada umumnya menempuh berbagai rintangan yang berat dengan berbagai penderitaan, juga belajar dari pengalaman pengusaha sukses yang ada di sekelilingnya. Karena seorang pengusaha pada umumnya mempunyai idola atau model sebagai inspirator.

Disini diperlukan sekolah dan kampus pro wirausaha dari jenjang terendah (PAUD) sampai jenjang tertinggi (perguruan tinggi) yang tercermin pada visi dan misi sekolah yang dijabarkan dalam program kerja berupa internalisasi karakter wirausaha sesuai kemampuan dan perkembangan siswa.sehingga usaha itu merupakan upaya terpadu. Para guru dan dosen dertindak sebagai penyebar virus kewirausahaan bagi para siswa dan mahasiswa sehingga guru dan dosen harus dibekali pengetahuan yang diperlukan sekaligus dapat menjadi contoh. Manajemen sekolah dikelola dengan menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan yang baik sehingga tumbuh budaya dan lingkungan yang kondusif.

Proses pembelajaran di sekolah harus mengedepankan nilai-nilai kedisiplinan dimana guru, karyawan dan siswa menjunjung tinggi dan menghormati semua aturan, cara pembelajaran dilakukan secara kretif yang memberi ruang bagi timbulnya kreatifitas siswa, menjunjung sportifitas dan kejujuran dimana prestasi siswa berupa nilai akademik dan prestasi lainnya berasal dari hasil kerja keras sebaliknya menghindari kecurangan seperti mencontek, merangang munculnya karya inovasi siswa dan lain-lain.

Materi pelajaran dapat memberikan bekal kopentensi siswa yang andal yang sarat dengan kemajuan teknologi yang dibutuhkan (hardskill) dan sealigus mendorong tumbuhnya kecerdasan emosional (softskill) sehingga siswa mampu memanfaatkan keahliannya dengan semangat kemandirian.
Sekolah harus menjalin kerja sama dengan pihak terkait misalnya perbankan, dunia usaha, dan pemerintah untuk memfasilitasi siswa yang hendak membuka usaha. I Dulsukur I Harian Radar I 1 Agustus 2012 I

Acuan : http:/www.ugm.ac.id : Indonesia Butuh 4 Juta Pengusaha Baru